Berwisata Mengunjungi Rumah Tuo Rantau Panjang, Rumah yang Unik Berusia 700 Tahun di Jambi

Ski-jungleJambi tak hanya dikenal dengan wisata alamnya atau kekayaan geologi-nya yang eksotis. Provinsi berjuluk "Bumi Melayu, Lancang Kuning" ini pun memiliki banyak perkampungan unik yang menarik dikunjungi, seperti halnya Rumah Tuo Rantau Panjang.

Berdasarkan undangan resmi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, kumparan berkesempatan mengunjungi Rumah Tuo Rantau Panjang pada Jumat (3/12).

Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit dari hotel tempat kumparan menginap, kami pun tiba di salah satu perkampungan tertua yang ada di Jambi ini.

Nampak dari kejauhan rumah-rumah panggung yang berjajar rapi dengan bentuknya yang menyerupai persegi panjang. Dari sekian banyak rumah di sana, ada satu rumah panggung yang menarik perhatian kumparan, yakni rumah panggung yang telah berusia ratusan tahun.

Menurut penuturan Iskandar, selaku pewaris Rumah Tuo Rantau Panjang, inilah satu-satunya rumah yang masih mempertahankan bangunan aslinya.

"Rumah ini dibangun pada tahun 1330. Sekarang sudah berusia 691 tahun sudah mau masuk 692 tahun, namun rumah ini masih layak dihuni oleh pewaris.

Yang mana pewaris rumah ini bernama Ibu Darnis, yang kebetulan adalah istri bapak sendiri," ujar Iskandar, saat menyambut kedatangan kumparan ke rumahnya.

Sederhana namun tak biasa, adalah kesan yang kumparan rasakan saat menginjakkan kaki pertama kali di rumah ini. Selayaknya rumah pada umumnya, Rumah Tuo Rantau Panjang juga terdiri dari beberapa bagian.

"Salah satu contoh ruangan tengah berarti ruangan keluarga, ada serambi untuk ruangan tamu dan yang lebih tinggi itu ruangan balai melintang. Balai melintang ini biasa ditempati, nenek, mamak, cerdik, pandai, alim, ulama, sesepuh dan sebagainya," ungkap Iskandar.

Rumah ini berbentuk memanjang ke samping, dengan tangga pada pintu masuk dan beberapa jendela dengan ukuran besar. Dahulu atap Rumah Tuo Rantau Panjang dibuat dari ijuk, namun karena semakin sulitnya mencari ijuk, kini atap diganti dengan seng.

Bentuk rumah-rumah di desa ini seragam, dengan warga cokelat terang dan dibagi menjadi tiga ruangan. Uniknya, untuk memasuki rumah, wisatawan harus menunduk karena pintunya hanya setinggi satu meter. Hal ini juga melambangkan kesopanan dan tata krama yang senantiasa dilestarikan penduduk setempat.

Bangunan yang Terinspirasi dari Nenek Moyang


Iskandar mengatakan, rumah-rumah di Perkampungan Rumah Tuo Rantau Panjang sendiri memiliki arsitektur yang terinspirasi dari nenek moyang.

Hal ini terlihat dari bentuk arsitektur bangunan yang memperlihatkan seperti kapal laut, atau transportasi yang biasa digunakan masyarakat di masa lampau.

"Kalau transportasi kita umumnya di sungai atau di air jadi mirip seperi kapal karena bentuknya sticking gitu," ujarnya.

Pria berusia 60 tahun tersebut juga bercerita bagaimana sejarah dari kampung tersebut. Dulu, Kampung Baruh atau Rumah Tuo Rantau Panjang hanya dihuni oleh 19 orang yang dikenal sebagai orang Batin.

"Setelah nenek kami dulu orang yang 19 berdomisili di sini, maka mereka itu sudah merasakan kenikmatan selama (tinggal) di sini, maka mereka itu berjanji. Itu makanya di sini ada ujung tanjung muaro tempat bersemayo, maksudnya 'semayo' itu janji," tutur Iskandar.

"Jadi setelah penduduk berjanji tidak mau lari lagi dari sini, maka dibangunlah rumah ini dari ke-19 orang tadi. Sebagai pemimpin saat itu yang bernama Puyang Bungkuk, itu nenek yang fading tua yang pertama kali menempati rumah ini," tambahnya.

Seiring berjalannya waktu, penduduk desa pun semakin banyak dan akhirnya menjadi pemukiman seperti sekarang.

Tradisi Masyarakat Setempat


Di rumah tersebut kamu bisa menemukan banyak benda-benda bersejarah yang digunakan sebelumnya. Mulai dari anyaman rotan, alat musik tradisional, hingga peti besi yang digunakan untuk menyimpan emas ataupun uang koin.

Tak sampai di situ, keunikan lain yang dimiliki kampung ini adalah para penduduknya yang masih menjalani tradisinya. Salah satunya soal berpakaian, di mana para perempuan yang mengenakan kain sarung.

"Kalau para perempuan pakai kain sarung atau kain persik, sedangkan laki-laki pakai kain pelikat," ujarnya.

Selain keunikan tersebut, menariknya lagi perkampungan ini adalah desa tertua yang ada di Provinsi Jambi, dan diperkirakan penduduk telah menempati desa tersebut selama kurang lebih 700 tahun.

Secara administratif, Rumah Tuo Rantau Panjang berada di Desa Rantau Panjang, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Jambi.

Jaraknya kurang lebih berkisar 30 kilometer dari Kota Bangko, dan bisa ditempuh dengan menggunakan transportasi umum atau pribadi selama kurang lebih 45 menit.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wisata Kecantikan di Swiss Mengajak Turis ke SPA di Salah Satu Hotel Mewah di Dunia

Akhirnya Israel dan Hamas Sepakat Melakukan Gencatan Senjata

Tempat Wisata Alam Danau Toba Sebentar Lagi Akan Memiliki Resor Bintang 5